Selasa, 13 Maret 2012

Kerusakan Hutan :(


Kerusakan hutan tropis yang terjadi di berbagai negara di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan dalam dua atau tiga dekade yang akan datang diperkirakan akan mengalami ancaman kepunahan yang disebabkan karena penebangan liar (illegal logging), pengalihan fungsi lahan, eksploitasi hutan yang berlebihan dan lain-lain. Salah satunya adalah hutan mangrove, yang menjaga pantai dari abrasi.

Di Kabupaten Brebes sendiri, yang memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 50 kilometer, saat ini banyak yang terkena abrasi. Hal itu diakibatkan tidak adanya hutan mangrove yang menjaganya. Karenanya, pemerintah ahrus mengambil langkah tegas dalam mengatasi masalah ini.

"Memang harus ada dukungan dan upaya untuk menyelamatkan hutan tropis ini, khususnya hutan mangrove di pesisir Brebes. Karena akibat abrasi yang tiap tahun terjadi, membuat tanaman pelindung itu banyak yang rusak," kata Kepala Dinas Kehutanan Brebes Ir Eko Andalas Muchti.

Menurutnya kondisi hutan rakyat di Kabupaten Brebes ini banyak yang kritis, tak terkecuali di wilayah pesisir. Makanya pihaknya berharap di tahun 2011 ini minimal ada bantuan dari provinsi sama dengan di tahun 2010 kemarin. "Ada sekitar 7 ribu lahan kritis yang ada di wilayah Brebes, di antaranya kecamatan Paguyangan, Salem, Bumiayu, Tonjong, Sirampog, Larangan, Ketanggungan, Songgom, dan Banjarharjo. Sedangkan untuk wilayah Brebes sendiri, paling daerah yang terkena abrasi. Sementara dari hasil pantauannya, tanaman magrove yang merupakan hutan rakyat masih ada sekitar 300 hektar," ungkapnya.

Sedangkan untuk tanaman yang dijadikan sebagai hutan rakyat diantaranya pohon jati, mangrove, mangoni, dan sengon. Sebab, tanaman ini selain bisa dijadikan sebagai kekuatan alam juga bisa menghasilkan bagi rakyat itu sendiri.

Sementara upaya penyelamatan hutan mangrove juga muncul dari masyarakat. Salah satunya di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, kecamatan Brebes. Di dukuh tersebut terdapat Kelompok mangrove yang terbentuk sejak tahun 1980-an, dan kini diketuai Rusjan dan Mashadi.

"Kelompok mangrove ini mulai terbentuk karena prihatin akan tingkat abrasi yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan hilangnya lahan pertambakan milik warga seluas ratusan hektar. Mangrove ini sengaja kami tanam untuk mengurangi abrasi, karena sudah ratusan hektar lahan tambak milik warga hilang karena abrasi," tutur Mashadi.

Ternyata, di Dusun Pandansari ini bukan hanya terdapat kelompok mangrove atau kelompok tani mangrove saja, tapi juga ada Satuan Tugas Jaga Segara (Satgas Gara), yang khusus bertugas untuk memantau mangrove. "Kami memiliki Satgas Gara, yang khusus bertugas untuk memantau mangrove atau lebih mudahnya, ya polisi mangrove seperti itu," tambah Mashadi, selaku juru bicara dari Kelompok Mangrove Dukuh Pandansari.

Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh Kelompok Mangrove dan Satgas Dukuh Pandansari ini sebagian besar adalah swadaya dari masyarakat sendiri. "Kami ini masih swadaya, walau sudah mulai banyak yang tahu dan mulai membantu," tegas Rusjan, yang juga anggota Satgas Gara.

Sedangkan tugas Satgas Gara yakni akan menangkap siapa saja yang merusak ekosistem mangrove sesuai dengan Peraturan Desa (Perdes) yang ada dan sesuai dengan Pasal 35 UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kelompok Mangrove di Dukuh Pandansari ini memiliki tujuan yang lebih luas lagi, selain untuk melestarikan mangrove dan mengurangi abrasi, yaitu ingin membangun sebuah desa yang mandiri.

"Kami ingin membuat Dukuh Pandansari ini menjadi desa yang mandiri. Pertama, ingin agar Dukuh Pandansari bisa berdiri sendiri menjadi Desa Pandansari. Yang kedua, kita ingin berdayakan semua warga untuk membangun desa sehingga bisa berswasembada pangan, memiliki kekhasan daerah, makanan khas atau tradisi khas daerah, serta untuk jangka panjangnya adalah ingin membuat desa ekowisata. Itu semua kami canangkan supaya kita menjadi desa yang mandiri," tambah Mashadi.

Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Brebes Slamet Riyadi ikut bangga dengan usaha dan kepedulian masyarakat lingkungan di Pandansari. Bahkan, keindahan dan terjaganya lingkungan hutan mangrove di lokasi tersebut juga sempat mendapatkan acungan jempol dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jateng, yang sempat melakukan pemantauan langsung dengan menggunakan perahu guna melihat keindahan hutan mangrove di wilayah pesisir tersebut. (agus wibowo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar