Kerusakan hutan tropis yang terjadi di berbagai negara di
dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan dalam dua atau tiga dekade
yang akan datang diperkirakan akan mengalami ancaman kepunahan yang disebabkan
karena penebangan liar (illegal logging), pengalihan fungsi lahan, eksploitasi
hutan yang berlebihan dan lain-lain. Salah satunya adalah hutan mangrove, yang
menjaga pantai dari abrasi.
Di Kabupaten Brebes sendiri, yang memiliki garis pantai
sepanjang kurang lebih 50 kilometer, saat ini banyak yang terkena abrasi. Hal
itu diakibatkan tidak adanya hutan mangrove yang menjaganya. Karenanya,
pemerintah ahrus mengambil langkah tegas dalam mengatasi masalah ini.
"Memang harus ada dukungan dan upaya untuk
menyelamatkan hutan tropis ini, khususnya hutan mangrove di pesisir Brebes.
Karena akibat abrasi yang tiap tahun terjadi, membuat tanaman pelindung itu
banyak yang rusak," kata Kepala Dinas Kehutanan Brebes Ir Eko Andalas
Muchti.
Menurutnya kondisi hutan rakyat di Kabupaten Brebes ini
banyak yang kritis, tak terkecuali di wilayah pesisir. Makanya pihaknya
berharap di tahun 2011 ini minimal ada bantuan dari provinsi sama dengan di
tahun 2010 kemarin. "Ada sekitar 7 ribu lahan kritis yang ada di wilayah
Brebes, di antaranya kecamatan Paguyangan, Salem, Bumiayu, Tonjong, Sirampog,
Larangan, Ketanggungan, Songgom, dan Banjarharjo. Sedangkan untuk wilayah
Brebes sendiri, paling daerah yang terkena abrasi. Sementara dari hasil
pantauannya, tanaman magrove yang merupakan hutan rakyat masih ada sekitar 300
hektar," ungkapnya.
Sedangkan untuk tanaman yang dijadikan sebagai hutan rakyat
diantaranya pohon jati, mangrove, mangoni, dan sengon. Sebab, tanaman ini
selain bisa dijadikan sebagai kekuatan alam juga bisa menghasilkan bagi rakyat
itu sendiri.
Sementara upaya penyelamatan hutan mangrove juga muncul dari
masyarakat. Salah satunya di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, kecamatan
Brebes. Di dukuh tersebut terdapat Kelompok mangrove yang terbentuk sejak tahun
1980-an, dan kini diketuai Rusjan dan Mashadi.
"Kelompok mangrove ini mulai terbentuk karena prihatin
akan tingkat abrasi yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan hilangnya lahan
pertambakan milik warga seluas ratusan hektar. Mangrove ini sengaja kami tanam
untuk mengurangi abrasi, karena sudah ratusan hektar lahan tambak milik warga
hilang karena abrasi," tutur Mashadi.
Ternyata, di Dusun Pandansari ini bukan hanya terdapat
kelompok mangrove atau kelompok tani mangrove saja, tapi juga ada Satuan Tugas
Jaga Segara (Satgas Gara), yang khusus bertugas untuk memantau mangrove.
"Kami memiliki Satgas Gara, yang khusus bertugas untuk memantau mangrove
atau lebih mudahnya, ya polisi mangrove seperti itu," tambah Mashadi,
selaku juru bicara dari Kelompok Mangrove Dukuh Pandansari.
Kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh Kelompok
Mangrove dan Satgas Dukuh Pandansari ini sebagian besar adalah swadaya dari
masyarakat sendiri. "Kami ini masih swadaya, walau sudah mulai banyak yang
tahu dan mulai membantu," tegas Rusjan, yang juga anggota Satgas Gara.
Sedangkan tugas Satgas Gara yakni akan menangkap siapa saja
yang merusak ekosistem mangrove sesuai dengan Peraturan Desa (Perdes) yang ada
dan sesuai dengan Pasal 35 UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kelompok Mangrove di Dukuh Pandansari ini
memiliki tujuan yang lebih luas lagi, selain untuk melestarikan mangrove dan
mengurangi abrasi, yaitu ingin membangun sebuah desa yang mandiri.
"Kami ingin membuat Dukuh Pandansari ini menjadi desa
yang mandiri. Pertama, ingin agar Dukuh Pandansari bisa berdiri sendiri menjadi
Desa Pandansari. Yang kedua, kita ingin berdayakan semua warga untuk membangun
desa sehingga bisa berswasembada pangan, memiliki kekhasan daerah, makanan khas
atau tradisi khas daerah, serta untuk jangka panjangnya adalah ingin membuat
desa ekowisata. Itu semua kami canangkan supaya kita menjadi desa yang
mandiri," tambah Mashadi.
Sementara Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Brebes Slamet
Riyadi ikut bangga dengan usaha dan kepedulian masyarakat lingkungan di
Pandansari. Bahkan, keindahan dan terjaganya lingkungan hutan mangrove di
lokasi tersebut juga sempat mendapatkan acungan jempol dari Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Jateng, yang sempat melakukan pemantauan langsung dengan
menggunakan perahu guna melihat keindahan hutan mangrove di wilayah pesisir
tersebut. (agus wibowo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar